Bagaimana Saya Belajar Memahami Hubungan Stres & Diabetes?

Bagaimana Saya Belajar Memahami Hubungan Stres & Diabetes?

Diposting pada

Saat Saya Baru Menyadari Bahwa Stres Itu Bukan Hanya Masalah Mental

Dulu, saya kira stres hanya soal perasaan. Cemas, marah, panik, sedih. Saya pikir semua itu tinggal di kepala — tidak menyentuh tubuh saya secara langsung.

Tapi setelah saya didiagnosis diabetes tipe 2, saya mulai memperhatikan satu pola aneh: setiap kali saya stres berat, gula darah saya naik… bahkan saat saya belum makan apa pun.

Awalnya saya menyalahkan makanan, atau meteran yang rusak. Tapi setelah membaca, bertanya ke dokter, dan terutama merasakan sendiri efeknya, saya mulai sadar: Stres dan diabetes punya hubungan erat. Dan saya harus memahaminya, kalau ingin benar-benar hidup lebih sehat.

Apa Sebenarnya Hubungan Antara Stres dan Diabetes?

Stres bukan hanya rasa gelisah atau tegang. Stres adalah reaksi biologis tubuh terhadap tekanan.

Ketika saya stres — misalnya karena pekerjaan, masalah keluarga, atau overthinking soal komplikasi — tubuh saya mengaktifkan “mode siaga”:

  • Hormon kortisol dan adrenalin naik
  • Detak jantung meningkat
  • Glukosa dilepaskan ke aliran darah sebagai “energi cadangan”

Bagi orang tanpa diabetes, tubuh bisa menyeimbangkan ini kembali. Tapi bagi saya yang pankreasnya sudah tidak maksimal, gula darah jadi naik terus — bahkan tanpa makanan.

Gejala Stres yang Saya Awalnya Abaikan

Saya tidak menyadari bahwa tubuh saya menunjukkan tanda-tanda stres ringan setiap hari. Gejala ini sering saya anggap “biasa”:

  • Susah tidur, bangun capek
  • Nafas pendek saat mendengar kabar buruk
  • Mudah tersinggung
  • Pikiran muter-muter dan susah fokus
  • Gula darah naik padahal makan sedikit

Setelah saya catat, saya sadar: saat saya stres emosional, gula darah saya sulit dikendalikan — bahkan dengan diet dan olahraga.

Pengalaman Pribadi: Lonjakan Gula Karena Deadline

Salah satu momen paling “mencerahkan” buat saya adalah ketika saya menghadapi deadline kerja. Saya makan sangat rapi hari itu: oatmeal, sayur, tidak ada gula tambahan. Tapi saat sore saya cek gula darah: 290 mg/dL.

Saya kaget.

Saya coba tarik napas panjang, lalu saya sadar: saya sedang stres berat. Saya cemas presentasi gagal, dan saya terlalu keras pada diri sendiri.

Sejak itu saya mulai lebih disiplin mencatat momen stres harian + hasil gula darah, dan pola itu terlihat jelas.

Cara Saya Belajar Memahami Pola Stres & Gula Darah

1. Membuat Jurnal Harian

Saya tulis 3 hal setiap hari:

  • Perasaan saya hari itu
  • Hal yang bikin stres
  • Hasil cek gula darah

Dari situ, saya melihat sendiri bahwa hari yang emosinya berat = gula darah lebih tinggi, meskipun makanan & aktivitas sama.

2. Menggunakan Aplikasi Pelacak Mood

Saya coba aplikasi seperti Daylio dan GlucoNote. Saya tandai hari-hari saya merasa cemas, dan bandingkan dengan grafik gula darah.

Ternyata sangat membantu untuk refleksi mingguan.

3. Konsultasi dengan Edukator Diabetes

Saya sempat konsultasi, dan dijelaskan bahwa manajemen stres = bagian penting dari pengelolaan diabetes. Itu membuka perspektif saya bahwa kesehatan mental bukan pelengkap, tapi komponen utama dalam kontrol penyakit kronis.

Kenapa Ini Penting? Karena Stres Sering Tidak Terlihat

Saya dulu sangat fokus ke pola makan, tapi mengabaikan stres. Padahal:

  • Stres bisa menyebabkan emosional eating
  • Stres membuat kita malas olahraga
  • Stres memengaruhi hormon insulin

Dengan memahami hubungan ini, saya mulai lebih memperlakukan diri saya dengan lembut. Saya tidak hanya fokus pada nasi dan sayur, tapi juga pada istirahat, pikiran, dan hati saya.

Apa yang Saya Lakukan Saat Menyadari Stres Mulai Datang?

Berikut 3 kebiasaan kecil yang membantu saya mengelola stres:

  1. 3 Napas Sadar
    • Tarik napas dalam pelan, tahan, buang perlahan (ulang 3 kali)
    • Dilakukan saat mulai emosi atau cemas
  2. Menulis Sebelum Tidur
    • Menumpahkan isi pikiran agar tidak ikut tidur ke dalam mimpi
  3. Self-talk Positif
    • “Saya sedang lelah, bukan gagal.”
    • “Ini hanya hari berat, bukan hidup yang gagal.”
    • Kalimat ini membantu saya melawan rasa bersalah yang tidak produktif.

FAQ: Tentang Stres & Diabetes

1. Apakah semua orang diabetes mengalami stres?

Ya, hampir semua. Tapi responsnya berbeda-beda. Menyadari dan memahami stres adalah langkah awal.

2. Apakah stres bisa menaikkan gula darah tanpa makanan?

Ya, bisa. Karena stres memicu hormon yang menaikkan glukosa dalam darah.

3. Apakah saya harus minum obat stres?

Tidak selalu. Banyak teknik non-obat yang bisa dicoba lebih dulu, seperti pernapasan, journaling, dan mindfulness.

4. Haruskah saya ke psikolog?

Kalau kamu merasa tidak bisa mengelola emosi sendiri, sangat dianjurkan untuk konsultasi. Itu bukan tanda lemah, tapi langkah perawatan diri.

Apakah kamu juga pernah merasa gula darahmu naik tanpa alasan jelas, lalu sadar itu karena stres?

Yuk cerita di kolom komentar atau kirim email ke saya di [email protected]. Saya percaya, dengan saling berbagi cerita, kita bisa lebih kuat.

Belajar memahami hubungan stres dan diabetes adalah perjalanan panjang, bukan sekali baca langsung paham. Tapi semakin saya mengenal tubuh saya, semakin saya sadar: Tubuh tidak pernah bohong. Ia selalu bicara — lewat rasa, lewat napas, lewat angka.

Dan tugas saya adalah: mendengarkannya dengan lebih sabar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *