Diabetes Tidak Hanya Soal Makanan dan Obat
Saat pertama kali didiagnosis diabetes tipe 2, fokus saya sepenuhnya tertuju pada makanan, obat, dan angka gula darah. Saya mulai mencatat asupan karbohidrat, rutin cek gula, dan mengikuti semua anjuran medis. Tapi setelah beberapa minggu, saya mulai merasa jenuh, kelelahan, dan secara emosional tidak stabil.
Di situ saya mulai sadar bahwa mengelola diabetes bukan hanya soal fisik, tetapi juga soal kesehatan mental. Jika pikiran saya lelah, tubuh saya juga ikut terpengaruh. Jika hati saya tidak tenang, maka gula darah saya pun ikut naik.
Kenapa Keseimbangan Mental dan Fisik Itu Penting?
Diabetes adalah kondisi kronis. Itu berarti, ia bukan hanya penyakit sesaat, tetapi bagian dari kehidupan jangka panjang. Menjalani perawatan jangka panjang tanpa memperhatikan kesehatan mental bisa menyebabkan:
- Kecemasan berlebihan terhadap hasil cek darah
- Rasa bersalah saat pola makan tidak sempurna
- Ketegangan sosial karena merasa “berbeda”
- Motivasi menurun dan akhirnya menyerah
Sebaliknya, ketika saya mulai memperhatikan aspek emosional dan psikologis saya, saya merasakan perbedaan besar: kontrol gula darah menjadi lebih stabil, tidur saya lebih nyenyak, dan saya merasa lebih “manusiawi” dalam menjalani proses ini.
Belajar dari Pengalaman Ketika Stres Lebih Dominan dari Makanan
Ada satu masa ketika saya makan sangat hati-hati, olahraga teratur, tapi gula darah saya tetap tinggi. Setelah ditelusuri, ternyata saya sedang berada di tengah tekanan pekerjaan dan konflik keluarga.
Melalui pencatatan harian dan refleksi pribadi, saya mulai menyadari pengaruh stres terhadap kadar gula darah. Saya belajar bahwa stres meningkatkan hormon kortisol dan adrenalin, yang mendorong hati melepaskan glukosa ke dalam darah.
Sejak itu, saya tidak lagi mengabaikan pentingnya menjaga ketenangan pikiran sebagai bagian dari pengelolaan gula darah.
Tanda-Tanda Ketidakseimbangan Mental-Fisik
Berikut beberapa tanda yang saya alami ketika keseimbangan mental dan fisik saya terganggu:
- Gula darah naik meskipun pola makan sudah dikontrol
- Mudah tersinggung dan merasa tidak berguna
- Sulit tidur atau tidur terlalu lama
- Hilang motivasi untuk cek gula atau minum obat
- Merasa “lelah secara batin” walau tubuh sehat
Tanda-tanda ini mungkin tidak selalu tampak jelas, tapi jika terus dibiarkan, bisa berdampak buruk pada pengelolaan diabetes secara keseluruhan.
Cara Saya Menjaga Keseimbangan Mental dan Fisik
Setelah menyadari pentingnya aspek ini, saya mulai membentuk rutinitas dan kebiasaan yang membantu saya menjaga keseimbangan antara pikiran dan tubuh.
1. Jadwal Harian yang Realistis
Saya tidak lagi menuntut diri untuk “sempurna”. Saya hanya fokus pada tiga hal inti setiap hari: makan teratur, pergerakan ringan, dan istirahat cukup. Sisanya, saya sesuaikan dengan kondisi emosi saya saat itu.
2. Latihan Napas dan Mindfulness
Sebelum mulai hari, saya meluangkan lima menit untuk duduk diam dan menyadari napas saya. Ini membuat saya lebih tenang dan tidak langsung dikuasai pikiran negatif atau rasa terburu-buru.
3. Menulis Jurnal
Saya menulis tentang apa yang saya rasakan, apa yang membuat saya khawatir, dan apa yang saya syukuri. Aktivitas ini membantu saya menjaga kejernihan pikiran dan mengenali emosi yang sedang saya alami.
4. Komunikasi Terbuka
Saya mulai lebih jujur saat berbicara dengan keluarga atau teman. Saya tidak lagi berpura-pura kuat, dan ini memberi ruang bagi dukungan yang benar-benar saya butuhkan.
Untuk teknik-teknik lainnya, saya merangkum berbagai tips mengurangi stres diabetes yang bisa kamu coba sesuai kenyamanan pribadi.
Kesalahan yang Dulu Saya Lakukan
- Fokus berlebihan pada angka, bukan proses
- Mengabaikan sinyal tubuh yang kelelahan
- Memendam perasaan negatif karena takut dianggap lemah
- Tidak punya waktu untuk “diam dan bernapas”
Kini saya belajar bahwa merawat tubuh tanpa merawat pikiran adalah pendekatan yang tidak lengkap. Sama seperti insulin dan makanan, keseimbangan batin juga bagian dari “obat” saya setiap hari.
Hidup Seimbang Adalah Perjalanan
Keseimbangan bukan tentang tidak pernah stres atau tidak pernah makan manis. Tapi tentang bagaimana saya merespons setiap kondisi dengan bijak dan penuh kesadaran.
Ketika mental saya sehat, saya lebih mampu membuat pilihan fisik yang sehat. Dan ketika tubuh saya terawat, mental saya pun jadi lebih stabil.
Menjaga keseimbangan ini adalah perjalanan. Dan saya masih terus belajar.