Gula Darah Saya Naik… Bukan Karena Makanan
Di awal-awal setelah didiagnosis diabetes tipe 2, saya sangat fokus pada apa yang saya makan. Saya kurangi nasi, stop minuman manis, mulai olahraga ringan. Tapi ada satu hal yang membuat saya frustrasi: gula darah saya tetap tinggi, meski saya sudah “patuh”.
Lalu saya mulai bertanya-tanya:
“Apakah ada hal lain yang menyebabkan ini?”
Setelah mencatat pola harian, saya sadar bahwa gula darah saya sering melonjak saat saya sedang stres. Bahkan lebih tinggi daripada saat makan sedikit karbo.
Itulah titik di mana saya sadar, bahwa jika saya ingin hidup lebih sehat dan tenang, saya harus belajar mengelola stres — bukan hanya gula.
Awalnya Saya Mengabaikan Stres
Saya pikir stres itu wajar. Saya pikir itu hanya masalah perasaan.
Tapi tubuh saya menunjukkan sinyal yang lebih keras:
- Gula darah tinggi tanpa alasan jelas
- Tidur terganggu
- Mudah lelah walau tidak banyak bergerak
- Nafas terasa pendek saat gelisah
Setelah menggali lebih dalam dan merefleksikan pengalaman pribadi, saya mulai mempelajari hubungan antara stres dan diabetes. Dan dari situ, banyak hal mulai masuk akal.
Kenapa Stres Bisa Mengacaukan Gula Darah?
Saat saya stres — baik karena tekanan kerja, konflik dengan orang dekat, atau bahkan overthinking soal masa depan — tubuh saya menganggap itu sebagai ancaman.
Dan dalam mode “darurat”, tubuh saya melepaskan hormon stres: kortisol & adrenalin.
Efeknya:
- Hati melepas glukosa sebagai energi siap pakai
- Tubuh jadi resisten terhadap insulin
- Gula darah naik… bahkan tanpa makan!
Itu sebabnya saya pernah bangun pagi dengan gula darah 200 padahal malamnya tidak makan nasi. Saya tidak cukup tidur karena pikiran berputar-putar — dan tubuh saya merespons itu dengan melepaskan gula.
Momen Titik Balik Saya
Saya ingat satu malam ketika gula darah saya naik tinggi padahal saya merasa sudah menjalani semua aturan. Saya hampir menangis.
Akhirnya saya duduk, buka jurnal, dan menulis:
“Hari ini saya capek. Saya marah karena merasa tidak cukup baik. Saya takut komplikasi. Saya stres.”
Dan entah kenapa… saya merasa sedikit lega.
Di situ saya sadar, bahwa stres adalah komponen yang sering luput saya kelola, padahal dampaknya besar. Saya mulai lebih serius menata emosi saya — seperti saya menata pola makan.
Cara Saya Mulai Belajar Mengelola Stres
Saya tidak langsung jadi ahli. Tapi saya mulai dengan langkah-langkah kecil:
1. Membuat Jurnal Harian
Saya tuliskan:
- Apa yang membuat saya stres
- Perasaan saya
- Hasil gula darah
Dengan begitu, saya bisa lihat pola antara emosi dan angka di glucometer.
2. Latihan Napas
Saat stres, saya tarik napas 4 detik, tahan 4 detik, hembuskan 6 detik. Ulang 4–5 kali. Efeknya? Pikiran saya berhenti memutar sejenak, dan tubuh terasa lebih ringan.
3. Pagi yang Tenang
Saya mulai hari dengan duduk diam 5 menit. Tanpa HP, tanpa distraksi. Hanya saya dan napas saya.
Saya membagikan lebih lengkap teknik-teknik ini di artikel panduan utama mengelola stres setelah diagnosis — kalau kamu ingin coba mulai dari langkah kecil.
Hasil yang Saya Rasakan Setelah Mengelola Stres
- Gula darah lebih stabil, terutama saat bangun pagi
- Lebih sabar menghadapi diri sendiri saat gula naik
- Tidur lebih nyenyak karena pikiran lebih tenang
- Lebih bisa menerima bahwa saya tidak harus sempurna setiap hari
Mengelola stres tidak membuat semua masalah hilang. Tapi itu membuat saya tidak kehilangan kendali atas hidup saya sendiri.
Pertanyaan Umum
1. Apakah mengelola stres bisa menurunkan gula darah langsung?
Tidak secara instan, tapi sangat berpengaruh secara jangka panjang. Terutama pada kestabilan harian.
2. Apakah saya harus meditasi tiap hari?
Tidak harus. Bisa dimulai dari 2–5 menit kesadaran napas atau journaling sederhana.
3. Bagaimana kalau saya tidak suka menulis jurnal?
Kamu bisa rekam suara sendiri, atau cukup refleksi sambil jalan kaki. Yang penting adalah “memproses” emosi.
Hidup Tidak Hanya Tentang Makan & Obat
Saya dulu berpikir manajemen diabetes itu soal nasi merah dan olahraga. Tapi sekarang saya tahu: Stres punya peran besar dalam perjalanan ini.
Dan kalau saya ingin hidup lebih sehat — bukan hanya angka bagus, tapi juga hati yang tenang — saya harus terus belajar mengelola stres dengan penuh kasih ke diri sendiri.